Monday, April 20, 2009

Apa itu Ilmu Fisika ?

0 Komentar

Ilmu fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam yang tidak hidup serta interaksi dalam lingkup ruang dan waktu.
Dalam bahasa Yunani ilmu fisika disebut dengan physikos yang artinya “alamiah”.
Orang yang mempelajari ilmu fisika adalah mengamati perilakudan sifat materi dalambidang yang beragam,mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisikapartikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.


Ilmu Fisika juga berkaitan erat dengan matematika karena banyak teori fisika dinyatakan dalam notasi matematis. Perbedaannya adalah fisika berkaitan dengan pemerian dunia material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia material.

Aplikasi ilmu fisika banyak diterapkan pada bidang lain, misalnya : Geofisika, Biofisika, Fisika-kimia, Ekonofisika, dsb.

Teori utama dalam ilmu Fisika :

=> Mekanika Klasik :Hukum Newton, Mekanika Lagrangian, Mekanika Hamiltonian, Dinamika fluida, Mekanika kontinuum.

=> Elektromagnetik :Elektrostatik, Listrik, Magnetik, dan Persamaan Maxwell.

=> Mekanika Kuantum : Persamaan Schrodinger dan Teori medan kuantum.

=> Relativitas : Relativitas khusus dan umum.

Bidang utama dalam Fisika :

=> Astrofisika : Kosmologi, Ilmu planet, Fisika plasma, BigBang, Inflasi kosmik, Relativitas umum, Hukum gravitasi universal.

=> Fisika atom, molekul dan optik.

=> Fisika partikel :Fisika Akselerator dan Fisika nuklir.

=> Fisika benda kondensasi :Fisika benda padat, Fisika material, Fisika polimer dsb.

Konsep Dasar Vektor

Ruang dan Waktu
Bersifat kontinu. Dalam mekanika, suatu kejadian terjadi di suatu titik tertentu dalam ruang dan pada saat tertentu. Disamping itu, ruang bersifat euclidean dan waktu bersifat sinkron bagi semua pengamat (mekanika Newtonian tidak mengenal adannya batas ketepatan dalam menentukan posisi dan ketepatan suatu obyek).

Massa
Titik massa / partikel adalah sesuatu yang mempunyai massa tetapi dianggap tidak mempunyai volume.Konsep massa sebagai massa inersial (ukuran kelembaman benda, konsep hukum II Newton) dan massa yang berinteraksi (ukuran kekuatan dalam menimbulkan medan gaya gravitasi, konsep hukum gravitasi umum Newton) secara umum adalah sama.

Besaran dan Satuan

Besaran : sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan secara kuantatif.
Satuan : Besaran yang bernilai satu, dan dipakai sebagai standard dalam pengukuran.
Pengukuran : Membandingkan suatu besaran dengan satuannya.

Vektor Posisi dan Kerangka Acuan
Vektor Posisi
Posisi titik dimana suatu kejadian terjadi dinyatakan dengan vektor jarak dari titik asal ke titik tersebut.

Kerangka Acuan
Suatu kerangka yang digunakan untuk menyatakan posisi suatu titik dalam ruang. Dalam banyak hal, digunakan tiga garis sumbu (X,Y,Z) yang saling berpotongan tegak lurus di titik asal, disebut sistem Koordinat Kartesian. Kebutuhan akan kerangka acuan ini menunjukkan bahwa posisi bersifat relatif, artinya terhadap mana posisi titik tersebut diacukan.

VEKTOR
Besaran vektor : besaran yang dicirikan oleh besar/harga dan arah.
Contoh : vektor posisi, vektor kecepatan, vektor percepatan, dll.

Penyajian Vektor :






: vektor satuan yang menyatakan arah.



Dalam uraian/komponen sistem koordinat Kartesian:





Penjumlahan Vektor:












Perkalian Vektor:












Perkalian Silang:















Diferensial Vektor:
Suatu besaran (termasuk vektor) fungsi besaran yang lain, sehingga dapat dideferensialkan terhadap variabelnya.





Operator Del atau Nabla




Operator ini dapat dioperasikan pada fungsi skalar maupun fungsi vektor.

Pengoperasian operator nabla pada fungsi skalar S(x,y,z).



Pengoperasian operator nabla pada fungsi vektor :





Selengkapnya...

Sunday, April 19, 2009

Apa itu Matematika ?

0 Komentar

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam
bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya
berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat
konsisten.


Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses
induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep
matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta
yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala),
memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian
dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif
dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam
mempelajari matematika. Penerapan cara kerja matematika seperti ini
diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan
komunikatif pada siswa.

Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika :
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran
dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan
trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika
yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,
grafik atau tabel.

Tujuan pembelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan
inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba.
3.Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Selengkapnya...

Saturday, April 18, 2009

Lubang-hitam dalam matematika

0 Komentar

Barangkali Anda telah pernah mendengar istilah “blackhole” (lubang-hitam) dalam
fisika, yaitu “benda” angkasa yang bermassa “sangat-sangat besar” sehingga walaupun
ukurannya kecil secara makroskopis namun gaya gravitasinya luar biasa besar hingga cahaya pun dapat ditariknya! Dulu, orang meyakininya dari perhitungan matematis saja namun sekarang keberadaanya di alam semesta sudah terdeteksi. Namun apa hubungannya dengan matematika?


Sebenarnya masalah ini mungkin sudah akrab bagi siswa dan guru yang menyenangi
teka-teki matematika, namun di sini ditampilkan dalam bahasa yang lebih formal (matematis).
Terinspirasi tulisan Eckert, penulis mendefinisikan sebuah sistem lubang-hitam dalam
matematika. Secara persisnya, kita dapat mendefinisikannya sebagai berikut:
Bila
S = sebuah himpunan (yang didefinisikan dengan jelas, well defined)
b = sebuah elemen dari S, dan
f = sebuah fungsi dari S ke S
maka
(b, S, f) adalah sebuah sistem lubang-hitam matematika bila memenuhi
kedua sifat berikut:
(1). f(b) = b
(2). Untuk setiap x Î S maka terdapat bilangan asli k sedemikian hingga setelah
k iterasi (pengulangan):
f(f(f(….f(x)…))) = b.

Selanjutnya, bilangan b kita sebut saja sebagai lubang-hitam. Perhatikan syarat kedua yang dapat dibaca komposisi k buah fungsi yang sama. Berikut ini beberapa contoh lubang-hitam matematika yang diberikan tanpa bukti. Silakan Anda membuktikannya sendiri.

1. Sistem Lubang-hitam GGT (Genap-Ganjil-Total)
S = himpunan bilangan asli, b = 123 , dan f(x) = a × 10p + b × 10q + c
dengan a = banyak angka genap pada x, q = banyak angka pada bilangan c
b = banyak angka ganjil pada x, p = banyak angka pada bilangan (b × 10q + c)
c = a + b = banyak angka pada x.
maka (S, b, f) sebuah sistem lubang-hitam.
Fungsi f dapat dinyatakan secara sederhana sebagai berikut: susun bilangan baru yang angka-angkanya merupakan gabungan berturut-turut angka-angka dari a, b, dan c.
Contoh. Pilih bilangan 244.
Maka banyak angka genap dari 244 = 3, banyak angka ganjil dari 244 = 0, banyak angka dari 244 = 3. Diperoleh bilangan 303.

Selanjutnya, dari 303 diperoleh bilangan 123. Bila diteruskan, tetap diperoleh bilangan 123. Secara sederhana kita dapat menulis hasil-hasilnya dalam bentuk barisan: 244, 303, 123.

2. Sistem Lubang-hitam 153
S = himpunan bilangan asli kecuali 0, 1, 370, 371, 407 dan bilangan hasil permutasinya.
b = 153, dan f(x) = jumlah pangkat tiga angka-angka penyusun x.
maka (S, b, f) adalah sebuah sistem lubang-hitam.

Contohnya:
pilih bilangan 23400792, maka setelah 9 kali iterasi diperoleh 153.
23400792 => 23 + 33 + 43 + 03 + 03 + 73 + 93 + 23 = 1179
1179 => 13 + 13 + 73 + 93 = 1074
1074 => dan seterusnya.
diperoleh barisan 23400792, 1179, 1074, 408, 576, 684, 792, 1080, 513, 153, 153, ….

Dapat terjadi adanya lubang-hitam ganda (multiple black-hole), yaitu bila b = himpunan bagian dari S. Jadi, terhadap S ada lebih dari satu lubang-hitam yang mungkin terjadi.
Kita dapat pula mendefinisikan lubang-hitam lebih luas lagi, yang kita sebut siklus-hitam (black-loop). Definisi siklus-hitam mirip dengan lubang-hitam hanya saja b bukan elemen atau himpunan bagian tetapi himpunan tuple dari S, karena urutan elemennya diperhatikan. Oleh karena itu lubang-hitam adalah siklus-hitam yang anggotanya satu elemen. Lebih dari itu kita dapat mendefinisikan siklus-hitam ganda (multiple black-loop), yaitu dengan b = koleksi himpunan bagian tuple dari S. Namun tentu saja, jika siklus-hitam yang mungkin terjadi sangat banyak, siklus-hitam ganda itu tidak menarik lagi. Unsur “ajaibnya” akan berkurang.

Berikut ini beberapa contoh siklus-hitam:

1. Sistem siklus-hitam Merdeka
Ini sebuah contoh siklus-hitam temuan penulis sendiri.
S = himpunan bilangan asli, b Î (4, 5), dan
f(x) = banyak huruf dari kalimat berbahasa Indonesia yang menyatakan bilangan x.
maka (S, b, f) adalah sebuah sistem siklus-hitam.

Contoh. Pilih bilangan 756.
TUJUH RATUS LIMA PULUH ENAM => 23, DUA PULUH TIGA => 12 , DUA BELAS => 8 ,
DELAPAN => 7 , TUJUH => 5 , LIMA => 4 , EMPAT => 5
Jadi, 756, 23, 12, 8, 7, 5, 4, 5, 4, 5, 4, … setelah iterasi ke-6 diperoleh (4, 5).

2. Sistem siklus-hitam ganda Steinhaus
S = himpunan bilangan asli empat angka, b = 1 atau b Î (4, 16, 37, 58, 89, 145, 42, 20), dan f(x) = jumlah kuadrat angka-angka penyusun bilangan x.
maka (S, b, f) adalah sebuah sistem siklus-hitam ganda.

Contoh 1. Pilih bilangan 4363.

Bila hasil-hasil dari f kita urutkan maka 4363, 70, 49, 97, 130, 10, 1, 1, 1, 1,...
Contoh 2. Pilih bilangan 9583.
Bila hasil-hasil dari f kita urutkan maka 9583, 179, 131, 11, 2, 4, 16, 37, 58, 89, 145, 42, 20, 4,16, 37, 58, 89, 145, 42, 20,... berakhir di siklus-hitam.

Sistem Lubang-hitam dan Siklus-hitam yang lain.
Terakhir, di bawah ini diberikan beberapa lubang-hitam atau siklus-hitam. Silakan Anda
mengecek kebenarannya. Sengaja elemen b tidak diberikan. Anda diharapkan dapat
menemukannya sendiri.

1. S = himpunan bilangan 3 angka, b Î {….?} (dua buah lubang-hitam), dan f (x) = selisih bilangan terbesar dan terkecil yang disusun dari angka-angka penyusun x.

2. Mirip 1, hanya S = himpunan bilangan 4 angka. Ada 2 lubang-hitam, dapat Anda temukan?
Dari total 8991 bilangan empat angka, ada 77 bilangan yang menuju lubang-hitam pertama dan sisanya menuju lubang-hitam kedua. Diperlukan sedikit iterasi untuk mendapatkan lubang-hitamnya. Luang-hitam 4 angka termasuk apa yang disebut bilangan Kaprekar.

3. S = himpunan bilangan asli, b = …?? (lubang-hitam tunggal), dan f (x) = x/2 bila x genap,f(x) = 3x + 1 bila x ganjil. Masalah ini mempunyai banyak nama, di sini kita sebut sebagai masalah Collatz karena untuk pertama kali dikemukakan oleh Collatz tahun 1937. Walaupun telah diuji benar hingga bilangan di bawah 1016 namun belum ada bukti matematisnya.
Harap bersabar jika setelah puluhan kali iterasi Anda belum sampai pada lubang-hitam.

4. Mirip masalah Collatz, hanya saja S = himpunan bilangan bulat negatif. Untuk masalah baru ini ternyata merupakan siklus-hitam ganda, yaitu ada 4 siklus-hitam selain {0}. Dapatkah Anda menemukannya? (masing-masing dengan 2, 3, 5, dan 18 elemen bilangan).

5. S = himpunan bilangan 3 angka yang tidak simetris (tidak palindromik), b = …?? (lubanghitam tunggal), dan f (x) = selisih bilangan x dan bilangan yang urutan angka-angkanya kebalikan urutan angka-angka penyusun x.

6. S = himpunan bilangan asli 3 angka, b = …?? (lubang-hitam tunggal), dan f (x) = hasil bagi jumlah seluruh bilangan hasil permutasi angka-angka bilangan x dan jumlah angka-angka bilangan x. Perhatikan bahwa ada tepat 6 buah bilangan hasil permutasi 3 angka. Ini sebuah contoh lubang-hitam dengan nilai k = 1 (yang tetap) untuk setiap x Anggota S.

7. S = himpunan bilangan asli kecuali 0 dan 1, b = ..?? (lubang-hitam tunggal), dan f (x) = jumlah semua angka dari bilangan-bilangan yang merupakan faktor dari bilangan x.

Contoh. f(6) = 1 + 2 + 3 + 6 = 12, f(11) = 1 + 1 + 1 = 3

Dapatkah Anda menemukan sistem lubang-hitam yang lain? Cobalah.. Hanya pesan penulis,
kalau bisa lubangnya jangan terlalu besar atau terlalu banyak, nanti tidak menarik lagi….

Bahan bacaan:
Ecker, M.W. 2004. Mathemagical Black Holes. Recreational & Educational Computing.
Dan berbagai sumber lainnya.

Oleh :Sumardyono, M.Pd.
Selengkapnya...

 

Copyright 2009 All Rights Reserved | Revolution by Brian Gardner Converted by Bloganol